Jumat, 05 November 2010

Ajarkan Kecerdasan Emosi Sejak Dini

Sejak dini balita dilatih mengendalikan emosi, kelak ia disukai teman karena baik hati! Ajarkan kecerdasan emosi sejak dini.

Mengenal emosi diri (mulai usia 2 tahun).
• Sebutkan berbagai emosi. Semisal, balita sedang cemberut, Anda bisa bertanya, ”Kenapa kamu cemberut sayang? Kesal karena dilarang bermain, ya?”

Dengan begitu anak dipandu untuk terbiasa mengenali kondisi emosinya dan penyebab munculnya emosi itu. Semakin sering balita mendengar jenis emosi dan pemicunya, ia belajar menilai sendiri emosi seperti apa yang sedang terjadi padanya.
• Tiap minggu, gambarkan perasaan yang dialami. Anda dapat memberi warna “biru” untuk rasa sedih, “merah” untuk kejutan, “merah muda” untuk senang, dan “hitam” untuk perasaan marah. Bahas dengan anak setiap kali dia merasakan salah satu dari perasaan-perasaan yang Anda tempelkan tanda warnanya di kulkas rumah.

Kontrol diri (bisa mulai usia 2 tahun)
• Tidak semua keinginan terpenuhi dalam waktu singkat. Ia harus belajar bersabar untuk mendapatkan benda yang ia inginkan. Semisal ia merengek minta es krim. Anda bisa memintanya bersabar karena es krim harus dibeli dulu. Bila balita tetap merengek, tarik napas dalam-dalam dan hitung sampai sepuluh. Tinggalkan anak dengan orang yang bisa dipercaya, lalu temui mereka kembali setelah balita tenang.
• Menangis atau berteriak-teriak tak akan menyelesaikan masalah. Contohnya, Anda tidak akan tergerak memberikan kue sampai ia bicara dengan suara pelan.
• Belajar konsekuensi. Jika diajak ke pertokoan dan di sana ia menangis dan merengek, ajak ia langsung kembali ke mobil tanpa membeli apa-apa.

Memotivasi diri sendiri (dari usia 1 tahun).
• Berlatih menghadapi kesulitan, terbangun mentalitas anak yang kuat, yakni tidak cengeng, tidak menyerah menghadapi kesulitan. Contoh sederhana ketika anak belajar jalan dan ia jatuh, ibu merespon, "Ayo bangun lagi..” Dengan begitu anak akan berusaha bangkit tanpa menangis. Jika Anda langsung menolong, ia cenderung menangis karena dengan menangis ia yakin Anda tidak akan melepaskannya lagi.
• Belajar tanggung jawab, ketika anak lelah bermain dan ingin segera makan, arahkan ia untuk membereskan mainannya dahulu baru makan.
• Memberi kesempatan mencoba dan mengajarkan kemandirian. Pola pengasuhan yang serba melayani kebutuhan anak, membuatnya tak cepat mandiri. Beri dia motivasi untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Tegaskan ia mampu. Jika gagal, dorong balita untuk mencoba lagi.

Mengenali emosi orang lain/empati (bisa dari usia 2 tahun).
• Lewat contoh dan tindakan. Semisal, melihat anak memukul kucing peliharaan. Katakan, “Sakit lho kalau dipukul. Coba kalau Ibu membelai kamu rasanya lebih enak, kan?” Dengan cara ini, secara langsung Anda memberi anak pengertian, memukul itu tidak baik.
• Beri pujian. Bila anak berbuat baik, seperti mau meminjamkan mainan pada teman, katakan bahwa sikapnya itu tepat. “Anak Ibu baik sekali mau meminjamkan mainan ke teman. Lihat, temanmu senang sekali.”
• Perhatikan kebiasaan orang lain. Ajarkan anak untuk memerhatikan kebaikan orang lain. Ajak ia memerhatikan seseorang yang membantu orang lain, “Lihat anak itu, baik sekali ya, mau mengambilkan kotak susu kamu yang terjatuh.”
• Menunjukkan beragam emosi lewat media seperti gambar, televisi, majalah, buku dan sebagainya. Jangan lupa sebutkan situasi emosi para tokoh dalam media tersebut. Misalnya membacakan buku cerita tentang anak yang gembira karena ayahnya membelikan sepeda yang sudah lama diidam-idamkannya. Beri komentar seperti, “Lihat, Chandra senang karena ayahnya membelikan sepeda.”

Pandai membina hubungan (bisa diajarkan mulai usia 1 tahun).
• Jangan membatasi lingkungan bermain. Biarkan anak bermain dengan siapa saja yang disukainya.
• Orang tua perlu mendampingi anak, terutama jika memasuki lingkungan baru. Namun bukan berarti harus selalu berada di sebelah anak, setidaknya ada di sekitarnya. Ini penting mengingat anak belum mampu menilai ”benar” dan ”salah”.
• Mengajak kumpul-kumpul acara keluarga atau teman-teman seperti acara ulang tahun anak teman atau sepupu. Dengan begitu balita kenal anak-anak dan keluarga lain.
Sudah “Cerdas Emosi” Jika..
• Mengenali emosi diri. Bila si kecil melihat anak lain menangis atau ngambek, apakah si kecil tahu anak itu sedang sedih atau kesal?
• Mengontrol diri. Apabila anak lebih menggunakan cara komunikasi verbal untuk menyelesaikan masalah daripada menangis atau berteriak-teriak. Semisal meminta sesuatu yang tidak mungkin didapatnya sekarang.
• Memotivasi diri. Jika sudah bisa bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya, semisal, membereskan mainannya sendiri tanpa disuruh setelah selesai bermain.
• Mengenali emosi orang lain. Bila anak mampu berempati kepada kesedihan orang lain. Semisal menghibur teman yang sedang menangis.
• Membina hubungan dengan orang lain, semisal mengalah meminjamkan mainan kepada adik yang meminta mainannya.(Ayah Bunda)

Read More......

5 Kecerdasan Emosional

Pengertian cerdas sangat beragam. Ada IQ yaitu cerdas inteligensia. Ada SQ, cerdas spiritual dan EQ (Emotional Intelligence), kecerdasan emosi. Teori tentang kecerdasan emosi dikembangkan pertama kali tahun 1980-an oleh beberapa psikolog dari Amerika Serikat: Howard Gardner, Peter Salovey dan John Mayer dan menjadi terkenal saat Daniel Goleman, psikolog dari Harvard University, menulis buku Emotional Intelligence tahun 1995.

Kecerdasan emosional dapat dikembangkan sejak usia dini. Konon anak yang punya EQ tinggi memiliki kepribadian yang disukai, lebih mudah bergaul dan lebih sehat jasmaninya berkat kemampuannya mengontrol emosi.

5 Wilayah Kecerdasan Emosi (Menurut Goleman)

1. Kemampuan Mengenali Emosi Diri: anak kenal perasaannya sendiri sewaktu emosi itu muncul. Seseorang yang mampu mengenali emosinya akan memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan yang muncul seperti senang, bahagia, sedih, marah, benci dan sebagainya.
2. Kemampuan Mengelola Emosi: anak mampu mengendalikan perasaannya sehingga emosinya tidak meledak-ledak yang akibatnya memengaruhi perilakunya secara salah. Meski sedang marah, orang yang mampu mengelola emosinya akan mengendalikan kemarahannya dengan baik, tidak teriak-teriak atau bicara kasar, misalnya.
3. Kemampuan Memotivasi Diri: anak dapat memberikan semangat pada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Ia punya harapan dan optimisme yang tinggi sehingga memiliki semangat untuk melakukan suatu aktivitas.
4. Kemampuan Mengenali Emosi Orang Lain: balita bisa mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain, sehingga orang lain merasa senang dan dimengerti perasaannya. Kemampuan ini sering juga disebut sebagai kemampuan berempati. Orang yang memiliki empati cenderung disukai orang lain.
5. Kemampuan Membina Hubungan: anak sanggup mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang lebih luas. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung punya banyak teman, pandai bergaul dan populer.(Ayah Bunda)

Read More......

Kamis, 21 Oktober 2010

Bayi Masuk Sekolah

Kesadaran para bunda akan pentingnya stimulasi untuk bayi, tak diimbangi dengan waktu yang cukup.

Membaca buku, majalah atau browsing internet untuk belanja ilmu tentang stimulasi, tak sempat mereka lakukan. Sekolah bayi yang dinilai sebagai tempat yang tepat untuk meninggalkan bayi mereka selama bekerja, menjadi pilihan.

Apa itu sekolah bayi? Tempat para bayi melakukan kegiatan untuk merangsang kemampuan motorik (kasar dan halus), seperti berguling, merangkak, berdiri, berjalan dan sebagainya. Bayi dilatih selama 50-60 menit, satu kali seminggu. Ada juga sekolah yang menambahkan latihan-latihan atau kegiatan yang ditujukan untuk menstimulasi aspek kecerdasan otak seperti membacakan cerita dan menyanyi.

Perlukah bayi sekolah? Merangsang kepandaian motorik bayi bisa dilakukan di rumah. Namun Bunda yang bekerja di luar rumah mungkin merasa khawatir pengasuh anak di rumah tidak dapat memberikan stimulasi yang tepat. Tapi jika Anda hanya menyerahkan bayi ke sekolah bayi dan semua aktivitas tidak diulang lagi di rumah, maka latihan yang diberikan di sekolah tidak bermanfaat. Bayi cukup dilatih di rumah dengan stimulasi yang merangsang perkembangan motoriknya. Banyak yang bisa dilakukan di rumah, misalnya: bermain terowongan dengan menggunakan kain panjang untuk latihan motorik kasar, memegang kain perca untuk melatih motorik halus dan memberinya berbagai mainan yang sesuai usianya.

Sekolah bayi untuk apa?

* Sosialisasi. Melatih anak bersosialisai sebenarnya dapat dilakukan di rumah. Misalnya anak diajak berkenalan dengan anak sebaya di sekitar rumah, atau diajak ke playground agar bayi bisa melihat anak-anak seusianya. Memasukkan anak ke sekolah bayi bisa menjadi pilihan bila anak tinggal di rumah dengan lingkungan sekitar tidak ada playground atau teman sebaya, sehingga ia harus di rumah saja.
* Untuk menstimulasi otak. Stimulasi otak bisa dilakukan di rumah. Yang penting orang tua paham perkembangan otak anak. Bila bayi dilatih sesuatu yang belum waktunya mencapai kematangan untuk hal itu, latihan tidak ada gunanya. Menstimulasi otak bayi dapat Anda lakukan sendiri, asalkan Anda mengerti tahap perkembangan anak di usia itu. Misalnya anak usia 12 bulan sudah bisa membalik halaman buku, Anda bisa sediakan buku anak-anak yang tidak bisa sobek. Di usia satu tahun, bayi mencapai kematangan di bidang bicara. Maka, ajaklah anak bicara.

Jangan Terlalu Berharap

* Sekolah bayi akan membuat anak menjadi lebih pandai dalam kemampuan motoriknya. Tunggu dulu! Faktor kematangan pegang peran penting dalam hal ini. Sekalipun bayi dilatih tapi otot-ototnya belum matang, bayi tetap tak dapat melakukan aktivitas motorik yang diharapkan. Misalnya, orangtua berharap anaknya akan bisa jalan sebelum usia 12 bulan tapi otot-otot kaki anak belum matang, maka tidak dijamin latihan akan membuat anak bisa berjalan. Jangan berharap dengan memasukkan anak ke sekolah bayi, bayi akan cepat berkembang kepandaian motoriknya.
* Anak tampak berkembang karena disekolahkan. Hilangkan pikiran ini dan jangan lengah, menyerahkan semuanya kepada pihak sekolah sehingga tidak memberikan stimulasi di rumah. Sekolah hanya membantu dan Anda harus tetap memberikan stimulasi dan latihan di rumah.

Memilih sekolah bayi
• Tidak jauh dari rumah.
• Pastikan programnya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan bayi Anda.
• Jangan ragu untuk menanyakan kompetensi pengajarnya.
• Perhatikan sarana dan prasarananya apakah sudah sesuai untuk perkembangan bayi.(Ayah Bunda)

Read More......

Selasa, 03 November 2009

Senam OTAK untuk Merangsang Kecerdasan Bayi

SELAIN faktor genetik, kecerdasan seorang bayi atau anak juga tergantung pada faktor lingkungan. Di antaranya, nutrisi yang baik, imunisasi, dan stimulasi atau rangsangan.

Bayi yang mendapat rangsangan secara tepat dan berkesinambungan tentu akan mempengaruhi perkembangan otaknya. Dengan begitu diharapkan perkembangan fisik, mental, dan intelektualnya akan melampaui kemampuan dasar atau potensi genetiknya.

PENELITIAN membuktikan bahwa pengalaman dan rangsangan yang diterima pada tahun pertama kehidupan akan berpengaruh pada perkembangan dan fungsi otaknya di kemudian hari.

Kartini Sapardjiman, Ketua Senam Otak Indonesia, mengatakan, kecerdasan bayi juga bisa dioptimalkan dengan senam otak. Senam otak adalah latihan yang terangkai atas gerakan-gerakan tubuh yang dinamis dan menyilang. Senam ini mendorong keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan. Diharapkan, potensi kedua belahan otak akan seimbang sehingga kecerdasan anak pun menjadi maksimal.

"Selama ini banyak orang hanya menggunakan otak kirinya saja sehingga potensi otak kanannya tidak dimanfaatkan secara maksimal," kata Kartini, dalam seminar "Senam Otak Ibu Hamil dan Bayi Merangsang Potensi Otak Sejak Dini" yang diselenggarakan atas kerja sama Klub Brain Gym Omni Medical Center (OMC) Kelapa Gading dan RS OMC Pulomas, Jakarta.

Pada kesempatan yang sama, ahli anak RS Omni Medical Center, dr Caroline Mulawi, mengatakan, stimulasi pada bayi bisa dilakukan sejak bayi dalam kandungan, yaitu sejak usia kehamilan tiga bulan.

"Stimulasi bisa berupa suara dan taktil (rabaan). Dari beberapa penelitian menunjukkan, bayi yang mendapat stimulasi ketika dalam kandungan memiliki tingkat inteligensia lebih tinggi 14 poin daripada yang tidak mendapatkan stimulasi," kata Caroline.

Stimulasi harus dilakukan tiap hari pada setiap kesempatan berinteraksi dengan bayi, misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, bahkan menjelang tidur. Stimulasi harus dilakukan dalam suasana aman, nyaman, menyenangkan, penuh kasih sayang, dan gembira.

Pada prinsipnya, semua ucapan, sikap, dan perbuatan ibu atau pengasuh yang berulang-ulang akan terekam dalam otak bayi sehingga akan berisiko ditiru oleh bayi. Apa yang bayi lihat, dengar, atau rasakan akan menjadi pengalaman baru bagi bayi sehingga dia akan mencoba melakukannya sendiri.

SEJAK tahun 2001 sudah ditemukan senam otak yang bisa mengoptimalkan perkembangan dan potensi otak. Otak terbagi menjadi dua, otak belahan kanan dan otak belahan kiri. Otak kanan berfungsi untuk intuitif, merasakan, bermusik, menari, kreatif, melihat keseluruhan, dan ekspresi badan. Sedangkan otak belahan kiri bertugas untuk berpikir logis dan rasional, menganalisa, bicara, berorientasi pada waktu, dan hal-hal rinci.

Senam otak dengan metode latihan Edu-K atau pelatihan dan kinesis (gerakan) akan menggunakan seluruh otak melalui pembaruan pola gerakan tertentu untuk membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat.

Senam otak ini bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk bayi. Senam otak pada bayi sebenarnya sangat sederhana. Contohnya, menggerakkan anggota badan secara menyilang dengan perantara mainan. Bisa berbentuk robot, boneka, bola, balon, atau apa saja yang sesuai dengan usia anak. Hal yang penting, gerakan yang dilakukan anak melewati garis tengah antara tubuh bagian kanan dan tubuh bagian kiri.

Kemampuan belajar paling tinggi tercapai jika dua belah otak, dua mata, dan dua telinga aktif serta bisa bekerja sama dengan baik. Selain itu, gerak badan juga terkoordinasi dan seimbang. Pertemuan gerakan yang menyilang ini merupakan pusat dari senam otak.

Senam otak dilakukan melalui tiga dimensi, yakni lateralitas komunikasi, pemfokusan pemahaman, dan pemusatan pengaturan. Lateralitas komunikasi (dimensi kiri-kanan) bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan belajar. Gerakannya menyangkut mendengar, melihat, menulis, bergerak, dan sikap positif. Gerakan-gerakan itu menyerap kemampuan komunikasi yang lebih cepat.

Misalnya, bola digerakkan ke kiri ke kanan di depan bayi, atau bayi memegang mainan lalu digerakkan ke kiri ke kanan. Bisa juga mainan yang berbunyi digerakkan ke kiri ke kanan secara menyilang. Bertepuk-tepuk tangan juga melatih pendengaran bayi. Bayi memegang jari kita lalu digerakkan ke kiri ke kanan, atau membentuk angka delapan tidur. Apa pun gerakannya asal berdimensi ke kiri ke kanan.

Pemfokusan pemahaman (dimensi muka-belakang) bermanfaat membantu kesiapan dan konsentrasi untuk menerima hal-hal baru dan mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Gerakan berupa latihan meregangkan otot menyangkut konsentrasi, pengertian, dan pemahaman. Misalnya dengan melipat lutut dan sikut bayi berulang kali atau mengangkat tangan ke atas lalu digerakkan ke muka ke belakang.

Pemusatan pengaturan (dimensi atas-bawah) membantu meningkatkan energi yang menyangkut berjalan, mengorganisasi, tes atau ujian. Hal ini bermanfaat untuk membantu seluruh potensi dan keterampilan yang dimiliki serta mengontrol emosi, seperti menggerakkan kepala ke atas ke bawah, mengangkat beban ringan atau benda lainnya, kemudian digerakkan ke atas ke bawah.


Read More......

Obat Yang Tidak Boleh Pada Bayi

KETIKA bayi anda sakit, tentu salah satu tindakan yang akan anda lakukan adalah memberinya obat. Hanya saja, anda perlu mewaspadai ternyata ada beberapa obat tertentu yang tidak boleh anda berikan kepada bayi sebab mungkin saja hal tersebut akan memberikan dampak yang negatif bagi bayi anda.

Beberapa obat-obatan tersebut diantaranya adalah:
Aspirin
Jangan pernah memberikan obat yang mengandung aspirin bagi bayi anda. Aspirin dapat menjadikan bayi anda rawan terhadap serangan penyakit Reye’s Syndrome. Jangan pernah berpikir bahwa obat-obatan untuk anak yang anda beli ditoko-toko obat sudah bebas aspirin.bacalah labelnya terlebih dahulu untuk memastikan.
Obat Anti Mual
Jangan memberikan bayi anda obat anti mual kecuali jika dokter anak anda yang merekomendasikannya. Sistem tubuh anak tidak akan tahan dengan obat-obatan semacam ini.
Obat Untuk Orang Dewasa
Jangan memberi bayi anda obat-obatan yang biasanya diperuntukkan bagi orang dewasa, bila hal ini dilakukan akan mengakibatkan hal yang berbahaya. Bila obat tersebut, misalnya sama sekali tidak memberikan dosis khusus buat anak-anak, jangan berikan obat ini untuk bayi anda.
Obat Untuk Bayi Lain
Obat yang diresepkan untuk bayi lain akan tidak efektif dan bisa berbahaya bila diberikan kepada bayi anda. Berilah bayi anda obat yang memang telah diresepkan khusus untuknya.
Obat Kadaluarsa
Segera musnahkan obat-obat yang telah kadaluarsa. Obat-obatan yang telah kadaluarsa tidak akan efektif bila digunakan malah tidak menutup kemungkinan akan berbahaya. Jangan juga membuang obat itu kedalam toilet anda karena hal tersebut bisa meracuni air tanah yang pada akhirnya dapat mengganggu anda khususnya meracuni air tanah yang anda konsumsi.
Ekstra Acitaminofen
Banyak obat pilek dan batuk yang mengandung acetaminofen dengan maksud meringankan demam dan rasa nyeri. Anda harus hati-hati dalam hal ini karena dosisnya yang berlebih dapat berdampak tidak baik bagi perkembangan bayi anda. Bila anda ragu dengan komposisi obat yang akan anda gunakan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan apoteker atau dokter anak anda.
Ibuprofen
Bila bayi anda mengalami dehidrasi dan muntah-muntah terus menerus,j angan memberikan obat yang mengandung ini sebab obat ini bisa mengiritasi perut.
Kemasan Tablet
Untuk bayi dibawah usia 3 tahun, sebaiknya hindari untuk memberikan obat dalam kemasan tablet. Obat dalam kemasan tablet memiliki potensi untuk membuat bayi anda tersedak


Read More......

Jumat, 14 Agustus 2009

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK

Setiap orng tua sebaiknya mengetahui setiap tahap perkembangan anak, dengan maksud agar anak-anak bisa melewati setiap tahap perkembangannya dengan baik/ berhasil.

Berikut adalah teori tentang tahap perkembangan , yang
• Mengetengahkan tahapan kehidupan yang akan dialami semua orang sejak lahir hingga mati.
• Tahapan ini melalui urutan tertentu dan tidak dapat dilompati, karena tahap yang sebelumnya merupakan fondasi bagi tahap berikutnya.
• Tiap tahap mempunyai ciri dan target tertentu yang harus dicapai agar perkembangan kepribadian menjadi optimal. Disebut prinsip epigenetik.

I.TRUST VS MISTRUST (0-18 bulan)

The infant “lives through and loves with” its mouth.

Dalam memenuhi kebutuhannya, anak sangattergantung pada lingkungannya/ pengasuhnya
Bayi akan mengamati dan memberi signal.
Dalam hal ini, kepekaan primary care taker untuk merespons signal dari bayi sangat penting.
Apabila semua kebutuhan bayi terpenuhi, akan terbentuk TRUST. Sehingga bayi akan mempunyai rasa percaya kepada lingkungannya.
Sebaliknya apabila anak terlantar/kebutuhan tak terpenuhi, yang akan terjadi adalah MISTRUST, tidak percaya bahwa lingkungan akan membantunya, sehingga muncul rasa takut.
Pada masa ini sebaiknya setiap kebutuhan anak segera dipenuhi dengan prinsip “call feeding”
Apabila pada masa ini anak berhasil melewatinya, maka
- anak akan merasakan “lingkungan” (di luar dirinya) sebagai pemberi/dapat ngembalikan rasa aman/nyaman yg dibutuhkan, dan dapat dipercaya
- anak akan mengembangkan rasa mampu diri secara wajar
- anak mempunyai rasa pengarahan diri
- anak mempunyai kemantapan langkah (nantinya)

Akan tetapi, apabila gagal,
- anak akan lebih didominasi rasa tak percaya kepada lingkungan (basic mistrust), lebih banyak diliputi rasa takut/cemas, rasa ragu-ragu dan malu
- anak akan sulit mengembangkan time perspective yang optimal dalam kehidupannya kelak
- anak kurang mampu mengarahkan diri sendiri
malu

Catatan: Erikson mengatakan fase ini sebagai “back bone” dlm fase-2 perkembangan anak

II. AUTONOMY vs SHAME & DOUBT.
(18 bulan – 3 tahun)
Anak sudah mulai bisa bicara, bisa mengontrol sphincter dan gerakan motoriknya.
“Holding on and letting go”.
Beri kesempatan anak mengembangkan kemampuan kontrolnya.
Sikap lingkungan sebaiknya tegas tapi menenteramkan, jadi bukan galak dan selalu melarang.
Sering ada “battle” antara anak dengan pengasuhnya.
Targetnya rasa otonomi, bila tak berhasil yang terbentuk rasa malu dan ragu-ragu.

III. INITIATIVE vs GUILT (3-5 tahun)
Anak memiliki bekal basic trust dan rasa otonomi
Anak mulai timbul rasa inisiatif, rasa ingin tahu, muncul daya kreativitas dan selalu ingin mencoba (bereksperimen)
Anak secara aktif memasuki dunia dengan suaranya, geraknya, rasa ingin tahunya.
“being on the make”. Semua dicobanya.
Lingkungan/pengasuh memiliki peran :
- memberi/mendukung keinginan anak untuk bereksperimen
- berusaha memenuhi rasa ingin tahu anak dan menjawab setiap pertanyaan dengan baik
- memberi kesempatan untuk berinisiatif, walaupun belum menghasilkan sesuatu yang berarti,
- memberi support dan hindari untuk selalu melarang dan memarahi/menghukum.
Apabila masa ini dilewati dengan berhasil, maka:
- anak akan mengembangkan rasa inisiatif dan daya kreativitasnya
Sebaliknya, apabila gagal, maka
- bila lingkungan overkritik, melecehkan dan tidak menghargai usaha-usaha anak, maka anak akan diliputi rasa bersalah.


IV. INDUSTRY vs INFERIORITY
(5 – 13 tahun)
• Usia sekolah dasar.
• kemampuan awal yg sudah dimiliki anak adalah sense of trust, autonomy, inisiative
• Anak memiliki rasa ingin berkarya ( misalnya bagaimana suatu benda itu dibuat & fungsinya)
• Anak memiliki rasa ingin bersosialisasi (mencari teman)
Peran lingkungan adalah :
• Memberi kesempatan anak untuk berkarya
• Memberi kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi
• Memberikan dorongan pada anak agar mampu dan mau menyelesaikan tugas
• Apabila anak mulai berkarya, beri fasilitas dan kesempatan
• Memberi pujian dan bimbingan untuk hasil karyanya, agar muncul rasa industri nya, dia tidak enggan untuk berkarya.
• Bila sering dihina, direndahkan, diremehkan, yang muncul rasa rendah diri.

Apabila anak berhasil melewati masa ini, maka anak diliputi rasa keinginan untuk berkarya
Sebaliknya, apabila gagal maka anak akan lebih banyak didominasi rasa rendah diri


V. IDENTITY vs ROLE CONFUSION
(13 – 21 tahun).
• Fase ini bersamaan dengan onset pubertas (perubahan fisik). Sejalan dengan mulainya perubahan psikologis dan sosial.
• Anak mulai “mencoba-coba peran” untuk mencari identitas yang pas
• Anak mempunyai beberapa idola yang mungkin berubah-ubah.
Peran lingkungan adalah :
memberi kesempatan dan pengarahan, sehingga anak mantap dengan rasa identitasnya, termasuk social role dan gender role.
Apabila tidak berhasil, bisa terjadi “kebingungan peran” , rasa identitas yang
belum mantap. (atik fb)


Read More......

Minggu, 02 Agustus 2009

KECERDASAN MORAL ANAK

Salah satu cara untuk membesarkan anak agar lebih bahagia dan produktif adalah membekali dengan kode moral, karena itulah dasar kehidupan mereka.
Kita mungkin jarang takjub melihat tingkah positif anak-anak. Kalau anak bersikap positif, kita berpikir memang begitulah seharusnya.Tingkah seorang anak yang luar biasa nakal seringkali malah membuat kita terperangah dan berkomentar, “aduh, masih kecil kok begitu, orangtuanya mengajarkan apa sih?”

Meskipun begitu, tidak sedikit anak yang bertingkah seperti itu bukan anak yang bodoh. Banyak di antara mereka yang cukup cerdas, namun tidak mendapatkan pendidikan moral yang baik. Berbagai penelitian psikologi mengatakan bahwa keberhasilan hidup tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual.
Kecerdasan moral adalah kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengelola nilai-nilai moral, mengenai nilai yang benar dan salah dalam kehidupan bermasyarakat dan bersosialisasi.

BAGAIMANA CARA MENGASAHNYA?
Salah satunya adalah dengan disiplin positif. Ada beberapa disiplin (perilaku) positif yang bisa diterapkan kepada anak :

1. MENGHARGAI MILIK ORANG LAIN
Ajarkan anak menghargai barang miliknya, milik kakak, milik adik, atau orangtuanya. Tekankan bahwa ia tidak boleh seenaknya menggunakan barang milik orang lain.

2. BARANG PRIBADI
Selain yang boleh dipakai bersama, ada juga barang yang tidak boleh dipinjamkan orang lain. Misalnya, pakaian dalam, sikat gigi, handuk dan sebagainya.

3. KEPEMILIKAN UANG
Dengan memahami ada uang ayah, uang ibu, uang kakak dan uang adik, anak tidak akan sembarangan mengambil uang yang bukan miliknya. Ia tahu bahwa uang itu bukan miliknya.

4. MINTA IZIN MEMINJAM BARANG
Anak harus diajarkan sopan santun jika ingin meminjam barang. Jika tidak diizinkan si pemilik, tegaskan padanya bahwa tidak merebut atau menangis.

5. MENYAPA
Ini termasuk perilaku positif yg harus diajarkan pada anak.

6. BERTAMU
Etiket atau adab bertamu atau menerima tamu harus diajarkan pada anak. Misalnya, jangan mengganggu pada saat orang tua sedang berbicara dengan tamu, atau jangan mendahului makan atau minum jika belum dipersilahkan.

7. BERBAHASA
Seringkali anak tiba-tiba saja mengeluarkan umpatan, yang kita sendiri tidak tahu dari mana asalnya. Jadi, ajarkan sopan santun berbahasa. Minta juga anak untuk tidak berteriak-teriak saat minta sesuatu.

8. MEMBERESKAN MAINAN
Memberskan mainan setelah selesai akan membuatnya belajar bertanggung jawab.

9. MEMBAGI WAKTU
Ajarkan pasa anak sejak dini untuk mematuhi jadwal. Kapan waktu bangun, mandi, bermain, makan, dan sebagainya.

10. KEBERSIHAN DIRI
Ajarkan pada anak untuk memiliki kesadaran bagaimana menjaga diri supaya selalu bersih

11. MENUNGGU GILIRAN
Ajarkan pada anak bahwa semua ada gilirannya.

12. DISIPLIN MENAHAN DIRI
Ajarkan pada anak untuk menahan diri terhadap keinginannya. Penting sekali mengajarkan pada anak membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

Jammi C Miller (seorang pakar pendidikan anak) menegaskan bahwa salah satu cara terbaik untuk membesarkan anak agar menjadi orang dewasa yang sukses, bahagia dan produktif adalah dengan memberikan kode moral. Kode moral adalah nilai dan norma hidup, yang berguna sebagai fondasi kehidupan anak.Kode ini menjadi dasar kepercayaan kukuh yang diperlukan dalam membuat pilihan dan tantangan kehidupan.

Read More......