Jumat, 14 Agustus 2009

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK

Setiap orng tua sebaiknya mengetahui setiap tahap perkembangan anak, dengan maksud agar anak-anak bisa melewati setiap tahap perkembangannya dengan baik/ berhasil.

Berikut adalah teori tentang tahap perkembangan , yang
• Mengetengahkan tahapan kehidupan yang akan dialami semua orang sejak lahir hingga mati.
• Tahapan ini melalui urutan tertentu dan tidak dapat dilompati, karena tahap yang sebelumnya merupakan fondasi bagi tahap berikutnya.
• Tiap tahap mempunyai ciri dan target tertentu yang harus dicapai agar perkembangan kepribadian menjadi optimal. Disebut prinsip epigenetik.

I.TRUST VS MISTRUST (0-18 bulan)

The infant “lives through and loves with” its mouth.

Dalam memenuhi kebutuhannya, anak sangattergantung pada lingkungannya/ pengasuhnya
Bayi akan mengamati dan memberi signal.
Dalam hal ini, kepekaan primary care taker untuk merespons signal dari bayi sangat penting.
Apabila semua kebutuhan bayi terpenuhi, akan terbentuk TRUST. Sehingga bayi akan mempunyai rasa percaya kepada lingkungannya.
Sebaliknya apabila anak terlantar/kebutuhan tak terpenuhi, yang akan terjadi adalah MISTRUST, tidak percaya bahwa lingkungan akan membantunya, sehingga muncul rasa takut.
Pada masa ini sebaiknya setiap kebutuhan anak segera dipenuhi dengan prinsip “call feeding”
Apabila pada masa ini anak berhasil melewatinya, maka
- anak akan merasakan “lingkungan” (di luar dirinya) sebagai pemberi/dapat ngembalikan rasa aman/nyaman yg dibutuhkan, dan dapat dipercaya
- anak akan mengembangkan rasa mampu diri secara wajar
- anak mempunyai rasa pengarahan diri
- anak mempunyai kemantapan langkah (nantinya)

Akan tetapi, apabila gagal,
- anak akan lebih didominasi rasa tak percaya kepada lingkungan (basic mistrust), lebih banyak diliputi rasa takut/cemas, rasa ragu-ragu dan malu
- anak akan sulit mengembangkan time perspective yang optimal dalam kehidupannya kelak
- anak kurang mampu mengarahkan diri sendiri
malu

Catatan: Erikson mengatakan fase ini sebagai “back bone” dlm fase-2 perkembangan anak

II. AUTONOMY vs SHAME & DOUBT.
(18 bulan – 3 tahun)
Anak sudah mulai bisa bicara, bisa mengontrol sphincter dan gerakan motoriknya.
“Holding on and letting go”.
Beri kesempatan anak mengembangkan kemampuan kontrolnya.
Sikap lingkungan sebaiknya tegas tapi menenteramkan, jadi bukan galak dan selalu melarang.
Sering ada “battle” antara anak dengan pengasuhnya.
Targetnya rasa otonomi, bila tak berhasil yang terbentuk rasa malu dan ragu-ragu.

III. INITIATIVE vs GUILT (3-5 tahun)
Anak memiliki bekal basic trust dan rasa otonomi
Anak mulai timbul rasa inisiatif, rasa ingin tahu, muncul daya kreativitas dan selalu ingin mencoba (bereksperimen)
Anak secara aktif memasuki dunia dengan suaranya, geraknya, rasa ingin tahunya.
“being on the make”. Semua dicobanya.
Lingkungan/pengasuh memiliki peran :
- memberi/mendukung keinginan anak untuk bereksperimen
- berusaha memenuhi rasa ingin tahu anak dan menjawab setiap pertanyaan dengan baik
- memberi kesempatan untuk berinisiatif, walaupun belum menghasilkan sesuatu yang berarti,
- memberi support dan hindari untuk selalu melarang dan memarahi/menghukum.
Apabila masa ini dilewati dengan berhasil, maka:
- anak akan mengembangkan rasa inisiatif dan daya kreativitasnya
Sebaliknya, apabila gagal, maka
- bila lingkungan overkritik, melecehkan dan tidak menghargai usaha-usaha anak, maka anak akan diliputi rasa bersalah.


IV. INDUSTRY vs INFERIORITY
(5 – 13 tahun)
• Usia sekolah dasar.
• kemampuan awal yg sudah dimiliki anak adalah sense of trust, autonomy, inisiative
• Anak memiliki rasa ingin berkarya ( misalnya bagaimana suatu benda itu dibuat & fungsinya)
• Anak memiliki rasa ingin bersosialisasi (mencari teman)
Peran lingkungan adalah :
• Memberi kesempatan anak untuk berkarya
• Memberi kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi
• Memberikan dorongan pada anak agar mampu dan mau menyelesaikan tugas
• Apabila anak mulai berkarya, beri fasilitas dan kesempatan
• Memberi pujian dan bimbingan untuk hasil karyanya, agar muncul rasa industri nya, dia tidak enggan untuk berkarya.
• Bila sering dihina, direndahkan, diremehkan, yang muncul rasa rendah diri.

Apabila anak berhasil melewati masa ini, maka anak diliputi rasa keinginan untuk berkarya
Sebaliknya, apabila gagal maka anak akan lebih banyak didominasi rasa rendah diri


V. IDENTITY vs ROLE CONFUSION
(13 – 21 tahun).
• Fase ini bersamaan dengan onset pubertas (perubahan fisik). Sejalan dengan mulainya perubahan psikologis dan sosial.
• Anak mulai “mencoba-coba peran” untuk mencari identitas yang pas
• Anak mempunyai beberapa idola yang mungkin berubah-ubah.
Peran lingkungan adalah :
memberi kesempatan dan pengarahan, sehingga anak mantap dengan rasa identitasnya, termasuk social role dan gender role.
Apabila tidak berhasil, bisa terjadi “kebingungan peran” , rasa identitas yang
belum mantap. (atik fb)


Read More......

Minggu, 02 Agustus 2009

KECERDASAN MORAL ANAK

Salah satu cara untuk membesarkan anak agar lebih bahagia dan produktif adalah membekali dengan kode moral, karena itulah dasar kehidupan mereka.
Kita mungkin jarang takjub melihat tingkah positif anak-anak. Kalau anak bersikap positif, kita berpikir memang begitulah seharusnya.Tingkah seorang anak yang luar biasa nakal seringkali malah membuat kita terperangah dan berkomentar, “aduh, masih kecil kok begitu, orangtuanya mengajarkan apa sih?”

Meskipun begitu, tidak sedikit anak yang bertingkah seperti itu bukan anak yang bodoh. Banyak di antara mereka yang cukup cerdas, namun tidak mendapatkan pendidikan moral yang baik. Berbagai penelitian psikologi mengatakan bahwa keberhasilan hidup tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual.
Kecerdasan moral adalah kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengelola nilai-nilai moral, mengenai nilai yang benar dan salah dalam kehidupan bermasyarakat dan bersosialisasi.

BAGAIMANA CARA MENGASAHNYA?
Salah satunya adalah dengan disiplin positif. Ada beberapa disiplin (perilaku) positif yang bisa diterapkan kepada anak :

1. MENGHARGAI MILIK ORANG LAIN
Ajarkan anak menghargai barang miliknya, milik kakak, milik adik, atau orangtuanya. Tekankan bahwa ia tidak boleh seenaknya menggunakan barang milik orang lain.

2. BARANG PRIBADI
Selain yang boleh dipakai bersama, ada juga barang yang tidak boleh dipinjamkan orang lain. Misalnya, pakaian dalam, sikat gigi, handuk dan sebagainya.

3. KEPEMILIKAN UANG
Dengan memahami ada uang ayah, uang ibu, uang kakak dan uang adik, anak tidak akan sembarangan mengambil uang yang bukan miliknya. Ia tahu bahwa uang itu bukan miliknya.

4. MINTA IZIN MEMINJAM BARANG
Anak harus diajarkan sopan santun jika ingin meminjam barang. Jika tidak diizinkan si pemilik, tegaskan padanya bahwa tidak merebut atau menangis.

5. MENYAPA
Ini termasuk perilaku positif yg harus diajarkan pada anak.

6. BERTAMU
Etiket atau adab bertamu atau menerima tamu harus diajarkan pada anak. Misalnya, jangan mengganggu pada saat orang tua sedang berbicara dengan tamu, atau jangan mendahului makan atau minum jika belum dipersilahkan.

7. BERBAHASA
Seringkali anak tiba-tiba saja mengeluarkan umpatan, yang kita sendiri tidak tahu dari mana asalnya. Jadi, ajarkan sopan santun berbahasa. Minta juga anak untuk tidak berteriak-teriak saat minta sesuatu.

8. MEMBERESKAN MAINAN
Memberskan mainan setelah selesai akan membuatnya belajar bertanggung jawab.

9. MEMBAGI WAKTU
Ajarkan pasa anak sejak dini untuk mematuhi jadwal. Kapan waktu bangun, mandi, bermain, makan, dan sebagainya.

10. KEBERSIHAN DIRI
Ajarkan pada anak untuk memiliki kesadaran bagaimana menjaga diri supaya selalu bersih

11. MENUNGGU GILIRAN
Ajarkan pada anak bahwa semua ada gilirannya.

12. DISIPLIN MENAHAN DIRI
Ajarkan pada anak untuk menahan diri terhadap keinginannya. Penting sekali mengajarkan pada anak membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

Jammi C Miller (seorang pakar pendidikan anak) menegaskan bahwa salah satu cara terbaik untuk membesarkan anak agar menjadi orang dewasa yang sukses, bahagia dan produktif adalah dengan memberikan kode moral. Kode moral adalah nilai dan norma hidup, yang berguna sebagai fondasi kehidupan anak.Kode ini menjadi dasar kepercayaan kukuh yang diperlukan dalam membuat pilihan dan tantangan kehidupan.

Read More......